Fav. Cartoon

Fav. Cartoon
Shaun The Sheep

Minggu, 31 Maret 2013

COSO Kaitannya Dengan Pengendalian Internal



COSO (Comittee Of Sponsoring Organizations Of The Treatway Comission)
Menurut COSO, pengendalian internal adalah proses yang dibuat oleh manajemen, dewan direksi, serta personel lainnya demi tercapainya suatu tujuan bersama. Tujuan tersebut meliputi: efektif dan efisiensinya operasi, terpercayanya laporan keuangan, tunduk pada hukum yang berlaku.
Menurutnya, pengendalian internal terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan. Komponen tersebut dapat diterapkan pada semua entitas, untuk perusahaan kecil dan menengah bisa menerapkan dengan cara yang berbeda dengan perusahaan besar. Pengendalian internal tidak harus formal dan terstruktur, namun harus berjalan efektif.
Lima komponen pengendalian internal, antara lain:
a.      Control Environment (Lingkungan Pengendalian)
Lingkungan pengendalian memberikan petunjuk pada suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian bagi anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen pengendalian internal lainnya, karena memberikan disiplin dan struktur. Faktor lingkungan pengendalian, antara lain: (1) Integritas, nilai etika, dan kemampuan orang-orang dalam entitas, (2) Filosofi manajemen dan gaya operasi, (3) Cara manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggungjawab, mengorganisasikan, serta mengembangkan orang-orangnya, (4) Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi. Contoh: Di suatu perusahaan dagang misalnya, manajemen disana menerapkan kebijakan-kebijakan yang mengharuskan setiap karyawan untuk disiplin dalam segala hal, disiplin waktu maupun pekerjaan. Hal ini bisa membuat seluruh anngota mempunyai sikap disiplin, karena mereka dituntut seperti itu mau tidak mau.
b.      Risk Assesment (Penilaian Resiko)
Seluruh entitas menghadapi resiko baik dari dalam maupun luar entitas yang harus diperhatikan. Risk assesment adalah proses mengidentifikasi serta menganalisis kemungkinan resiko yang akan terjadi dalam mencapai suatu tujuan, membentuk suatu basis untuk menentukan suatu resiko agar dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan cara untuk mengidentifikasi dan menghadapai resiko-resiko dalam kaitannya dengan perubahan tersebut. Contoh: Perusahaan dagang tersebut pastinya mempunyai pesaing dengan menjual produk yang sama. Maka perusahaan harus bisa menganalisa kemungkinan yang terjadi apabila pelanggan berpindah ke perusahaan pesaing dikarenakan produk mereka lebih unggul dengan kualitas yang memuaskan. Perusahaan harus mempunyai solusi untuk kasus tersebut.
c.       Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Control activities adalah kebijakan dan prosedur yang membantu manajemen bahwa arahannya sudah dijalankan. Control activities membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil dalam menghadapi resiko, sehingga tujuan entitas dapat tercapai. Control activities terjadi pada seluruh organisasi, level, dan seluruh fungsi. Control activities termasuk berbagai kegiatan yang berbeda-beda, seperti: penyetujuan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, review terhadap perfoma operasi, keamanan pada asset, dan pemisahan tugas. Contoh: Perusahaan membuat suatu solusi untuk mengatasi resiko. Lantas manajer tingkat atas harus selalu mengontrol apakah solusi itu benar-benar dijalankan atau tidak.
d.      Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)
Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggungjawabnya. Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis. Informasi dan komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tapi juga eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis, dan laporan eksternal. Para personel harus mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka mengerti bahwa pekerjaan individu satu dengan individu lain saling berhubungan. Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak eksternal seperti customer, supplier, regulator, dan pemegang saham. Contoh: untuk menjadi perusahaan yang kompeten, dibutuhkan informasi dan komunikasi yang baik dalam perusahaan maupun luar. Informasi dari manajemen tingkat atas harus tersampaikan. Apa yang diinginkan perusahaan, tujuan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga harus berhubungan baik dengan pelanggan, supplier dan lain-lain agar mereka tetap loyal.
e.       Monitoring (Pemantauan)
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Ketergantungan sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang serius, juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi. Contoh: Perusahaan perlu memantau  pengendalian yang dilakukan selama ini terus berjalan.
Menurut COSO, semua orang dalam organisasi yaitu Manajemen, Dewan direksi, Komite Audit, dan Personel lainnya bertanggung jawab terhadap pengendalian internal, karena semua orang dalam organisasi memiliki peran dalam pengendalian internal, sehingga pengendalian internal tidak dapat berjalan dengan baik apabila ada salah satu anggota yang tidak menjalankan perannya dalam pengendalian internal.
Menurut COSO, pihak-pihak luar seringkali memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan perusahaan, seperti Auditor eksternal, Badan Regulasi dan legislatif, customer, analis keuangan, dan media massa. Namun demikian pihak ketiga tersebut tidak bertanggung jawab terhadap pengendalian internal karena mereka bukan bagian dari organisasi maupun bukan bagian dari sistem pengendalian internal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar