Tahapan Perencanaan Audit
KELOMPOK 5
Emi Puji Astuti C1C010061
Ovi Shoviana C1C010073
Trisa Lestari C1C010087
Nikeu Nurmalasari C1C010089
Erdha Ayu C1C010094
1. Mendapatkan Pemahaman Tentang Bisnis dan Bidang Usaha Klien
Agar dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memiliki
pengetahuan tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian, transaksi, dan
praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Auditor
harus mengetahui hal – hal berikut :
a.
Jenis usaha, jenis produk dan jasa, lokasi perusahaan, dan karakteristik operasi perusahaan, seperti misalnya
metode produksi dan pemasaran.
b. Jenis industri, dan mudah tidaknya
industri terpengaruh oleh kondisi ekonomi, serta praktik dan kebijakan yang
lazim dalam industri tersebut.
c. Ada tidaknya transaksi – transaksi
yang memiliki hubungan istimewa.
d. Peraturan pemerintah yang berpengaruh
terhadap perusahaan dan industri.
e. Struktur pengendalian intern
perusahaan.
f. Laporan – laporan yang harus
disampaikan kepada instansi tertentu, misalnya ke Bapepam.
2.
Melaksanakan
prosedur analitis
Prosedur analitis
merupakan evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari
hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data nonkeuangan. Dengan
melakukan analisis ini sangat penting karena dengan melakukan prosedur analitis
seluruh kegiatan pemeriksaan dapat tergambar.
Tujuan prosedur analitis yang
digunakan dalam audit :
a.
Dalam
tahap perencanaan audit, membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu dan
luasnya prosedur audit lainnya.
b.
Dalam
tahap pengujian, sebagai pengujian yang substantif untuk memperoleh bukti
mengenai suatu asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau
transaksi
c.
Pada
panyelesaian audit, didalam melakukan review akhir terhadap kelaayakan
keseluruhan laporan keuangan yang diaudit.
Langkah – langkah dalam prosedur
analitis :
a.
Mengidentifikasi
perhitungan dan perbandingan yang akan dilakukan
b.
Mengembangkan
ekspektasi (harapan)
c.
Melaksanakan
perhitungan/perbandingan
d.
Menganalisis
data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
e.
Menyelidiki
perbedaan signifikan yang tidak diharapkan
f.
Menentukan
dampak akan perencanaan audit
3.
Membuat
pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
Tahap ini sering
disebut dengan materialitas perencanaan dimana sedikit berbeda dengan tingkat
materialitas yang digunakan dalam penyelesaian audit dalam mengevaluasi temuan
audit karena situasi yang ada disekitarnya mungkin akan berubah dan informasi tambahan
klien akan diperoleh selama masa pelaksanaan audit.
Dalam merencanakan suatu audit,
auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut:
- Tingkat laporan keuangan kerena
pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara
keseluruhan.
- Tingkat saldo akun karena auditor
menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran
laporan keuangan.
4.
Mempertimbangkan
risiko audit
Konsep risiko audit
sangat penting sebagai dasar mengekspresikan konsep keyakinan yang memadahi.
Dalam tahap ini auditor harus membuat penilaian megenai berbagai komponen
risiko audit yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Hai
ini diperlukan untuk mengarahkan keputusan tentang sifat, waktu, dan luas
prosedur audit dan keputusan mengenai penetapan staf audit.
Resiko bawaan adalah
kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material, dengan mengasumsikan
tidak terdapat pengendalian. Prosedur yang dilaksanakan untuk mendukung
penilaian risiko bawaan biasanya serupa dengan untuk memperoleh pemahaman
mengenai bisnis dan industri. Risiko pengendalian adalah risiko bahwa salah
saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan sapat dicegah
atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko
deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material
yang ada dalam suatu asersi. Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu
kombinasi dari risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci. Dalam
menentukan risiko deteksi auditor juga harus mempertimbangkan kemungkinan akan
membuat suatu kekeliruan.
5.
Mengembangkan Strategi Audit Awal Untuk Asersi yang Signifikan
Auditor
kadang membuat keputusan pendahuluan tentang komponen model resiko audit dan
mengembangkan strategi awal untuk mengumpulkan bukti – bukti. Setelah
memperbaharui pengetahuan perubahan – perubahan dalam entitas dan lingkungan,
dan menjalankan sedikit prosedur rencana audit awal, auditor mungkin harus
memulai untuk mengembangkan harapan apakah pengendalian internal berfungsi
sesuai yang diharapkan. Auditor mengembangkan strategi audit awal untuk
mengaudit asersi.
Mengembangkan
strategi audit awal untuk asersi yang signifikan bertujuan agar auditor dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit dapat menurunkan risiko audit pada tingkat
serendah mungkin untuk mendukung pendapat auditor mengenai kewajaran laporan
keuangan. Terdapat dua alternatif
strategi audit yaitu:
a.
Primarily Substantive Approach
Strategi ini biasa digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada
audit atas klien lama. Strategi ini lebih mengutamakan pengujian substantif
dari pada pengujian pengendalian. Auditor relatif lebih sedikit melakukan
prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern
klien.
b.
Lower Assessed of Control Risk Approach.
Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama, dimana yang lebih
diutamakan dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian daripada pengujian
substantif. Tetapi auditor dalam hal ini auditor bukan berarti tidak
melakukan pengujian substantif tapi tidak se-ektensif pada pendekatan yang
pertama. Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman
mengenai struktur pengendalian intern klien. Strategi ini sering digunakan
dalam audit klien lama.
6.
Pemahaman
Atas Pengendalian Intern
Pengendalian intern
adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan
personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan,kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan yang berlaku,dan efektivitas dan efisiensi operasi. Secara umum,
auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern kliennya untuk
perencanaan auditnya. Secara khusus pemahaman auditor tentang pengendalian
intern yang berkaitan dengan suatu asersi digunakan dalam kegiatan: kemungkinan
dapat atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji material yang potensialdapat
terjadi, risiko deteksi, dan perancangan pengujian substantive.
Dalam memperoleh
pemahaman atas pengendalian intern auditor menggunakan tiga macam prosedur
audit yakni: (1) mewawancarai karyawan perusahaan yang berkaitan dengan unsur
pengendalian, (2) melakukan inspeksi terhadap dokumen dan catatan, (3)
melakukan pengamatan atas kegiatan perusahaan. Informasi yang dikumpulkan oleh
auditor dalam melaksanakan prosedur audit tersebut adalah rancangan berbagai
kebijakan dan prosedur dalam tiap – tiap unsur pengendalian dan apakah
kebijakan dan prosedur tersebut benar – benar dilaksanakan. Terdapat lima unsur
pokok pengendalian intern yaitu: lingkungan pengendalian, penaksiran risiko,
informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, serta pemantauan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar